![]() |
Foto Orang Meninggal/Suara.com |
Beberapa waktu lalu, terjadi kematian seorang ibu melahirkan di Puskesmas Betun. Kematian ibu ini diduga karena petugas kesehatan yang saat itu harusnya bertugas malah lali sehingga nyawa si Ibu yang hendak melahirkan jadi tidak tertolong. Tentu saja ini adalah kejadian yang sangat miris ditengah semangat pemerintah Republik Indonesia.
Kejadian lain, sebuah video insiden pasien meninggal di duga karena petugas rumah sakit di bandung, sebagaimana dikutip dari jabar.tribunnews; viral di media social. Dala,avideo viral yang beredar, pasien meninggal karena tabung oksigen habis dan tak kunjung diganti petugas.
Sementara itu, sang
suami sudah berusaha mengingatkan petugas agar segera menggantinya karena
melihat kondisi istrinya mulai kritis
Ia bahkan sempat meneriaki petugas untuk segera menangani istrinya. Hingga akhirnya, diduga lambatnya penanganan istrinya sudah tak bernyawa.
Dari kejadian-kejadian ini, saya teringat sebuah tulisan yang pernah saya buat ketika mengikuti kegiatan bedah Buku karya Dr. David D. W. Pandie, M.Si tentang Gender, Birokrasi dan Politik
Birokrasi kita termasuk jenis birokrasi drakula karena banyak ibu-ibu yang mati karena kelalaian birokrasi. Sedangkan kita selalu bersentuhan dengan birokrasi sebelum lahir hingga setelah kematian. Demikian salah satu intisari bedah buku karya Dr. David D. W. Pandie, M.Si tentang Gender, Birokrasi dan Politik.
Kegitan Bedah Buku yang berlangsung di Hotel Silvya Kota Kupang in bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional, Senin 20 Mei 2013. Kegitan bedah buku dengan Moderator Pemimpin Redaksi Harian Victory News Chris Mboeik dengan menghadirkan pembedah yang terdiri dari dr. Yovita Mitak, Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Setda NTT, Fary Francis dari DPR RI dan Nursyahbani Katjasungkana.
Yovita Mitak dalam penyampaiannya mengatakan bahwa secara keseluruhan buku ini sudah sangat baik dan peningkatan peran dan partisipasi perempuan dalam birokrasi dan politik peru terus ditingkatkan karena sampai dengan saat ini partisipasi perempuan di DPRD Provinsi dan Kabupaten hanya 7% dari kuota 30% yang dimanatkan dalam Undang-Undang . Sedangkan Fary Francys mengatakan bahwa sistim demokrasi kita adalah rakyat yang memegang kekuasaan tertinggi, dan itu artinya wakil rakyat harus menjadi jembatan untuk mensejahterakan rakyat, bukan mensejahterakan penguasa.
Kegitan Bedah Buku yang berlangsung di Hotel Silvya Kota Kupang in bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional, Senin 20 Mei 2013. Kegitan bedah buku dengan Moderator Pemimpin Redaksi Harian Victory News Chris Mboeik dengan menghadirkan pembedah yang terdiri dari dr. Yovita Mitak, Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Setda NTT, Fary Francis dari DPR RI dan Nursyahbani Katjasungkana.
Yovita Mitak dalam penyampaiannya mengatakan bahwa secara keseluruhan buku ini sudah sangat baik dan peningkatan peran dan partisipasi perempuan dalam birokrasi dan politik peru terus ditingkatkan karena sampai dengan saat ini partisipasi perempuan di DPRD Provinsi dan Kabupaten hanya 7% dari kuota 30% yang dimanatkan dalam Undang-Undang . Sedangkan Fary Francys mengatakan bahwa sistim demokrasi kita adalah rakyat yang memegang kekuasaan tertinggi, dan itu artinya wakil rakyat harus menjadi jembatan untuk mensejahterakan rakyat, bukan mensejahterakan penguasa.
Sementara itu ibu Nur memberikan apresiasi kepada Pak David yang sudah menerbitkan buku ini. "Buku ini bisa menjadi pedoman bagi semua kalangan untuk memperjuangan hak-hak perempuan. Karena saat ini ada gap yang sangat tinggi antara mereka yang menguasai sumber daya ekonomi dan politik dengan yang termarginalkan." Kata ibu Nur.
Selain bedah buku tentang Gender, Birokrasi dan Politik juga dilangsungkan Launching Grand design arah perjuangan politik perempuan NTT tahun 2013-2018.***
Selain bedah buku tentang Gender, Birokrasi dan Politik juga dilangsungkan Launching Grand design arah perjuangan politik perempuan NTT tahun 2013-2018.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar